Senin, 28 November 2016
Kamis, 17 November 2016
Selasa, 08 November 2016
20.37
ElPeWe
No comments
Sumber www.kompas.com
Selasa, 8 November 2016 | 19:36 WIB

Selasa, 8 November 2016 | 19:36 WIB
KOMPAS.com
- Ilmuwan Rusia mengklaim telah menemukan sisa-sisa pangkalan rahasia Nazi di sebuah pulau terpencil di lingkar Arktik.
Penemuan lebih dari 500 artefak Nazi di Alexandra Land ini seakan membawa tim untuk mempercayai bahwa tempat yang semula hanya dianggap rumor itu memang ada.
Tempat yang dimaksud adalah Schatzgraber. Peneliti sebenarnya belum memastikan bahwa artefak yang ditemukan berhubungan dengan Nazi, tetapi lambang Swastika yang ditemukan membuat sang peneliti yakin.
Meski pernah didokumentasikan dalam buku Wettertrupp Haudegen (1954), Schatzgraber atau "Pemburu harta karun" tidak pernah diketahui keberadaannya.
Schatzgraber yang dibangun atas perintah langsung dari Adolf Hitler ini merupakan stasiun cuaca Arktik yang misterius, dibangun pada tahun 1942 setelah Hitler menyerang Rusia.
Pangkalan itu sempat beroperasi tahun 1943 tapi ditinggalkan setahun kemudian. Sebabnya, tentara penjaga memakan daging beruang kutub yang belum matang dan terkontaminasi dengan cacing.
Peneliti Rusia bisa dibilang orang pertama yang menemukan bukti fisik Schatzgraber. Mereka menemukan tangki bensin, peluru, reruntuhan bunker, sepatu, dan dokumen kertas yang terawetkan karena iklim yang dingin.
"Awalnya kita hanya mengetahui Schatzgraber dari sumber-sumber tertulis saja, tapi sekarang kita telah memiliki bukti nyata," kata, Evgeny Ermolov, salah satu Peneliti, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (3/11/2016).
"Sekarang kita bisa masuk pada data dalam revolusi sains ini, menemukan buktinya, mengembangkan dan membuktikan adanya operasi militer Jerman di Arktik selama Perang Dunia II," imbuhnya.
Banyak orang yang percaya bahwa Schatzgraber bukan sekadar stasiun cuaca tetapi bagian dari misi rahasia Nazi untuk menemukan peninggalan kuno. Riset ini mungkin jadi awal mengungkapnya.
Penulis | : Kontributor Sains, Monika Novena |
Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
Senin, 07 November 2016
16.33
ElPeWe
No comments
Deliusno - Kompas Tekno
Selasa, 8 November 2016 | 07:12 WIB

Selasa, 8 November 2016 | 07:12 WIB
KOMPAS.com - WhatsApp mengumumkan ketersediaan fitur gambar .GIF untuk aplikasi versi iOS. Fitur "gambar bergerak" itu tersedia di WhatsApp versi 2.16.15.
Pantauan KompasTekno, Selasa (8/11/2016), pengguna WhatsApp versi iOS di Indonesia yang sudah memperbarui aplikasi bisa menjajal fitur tersebut.
Sebagaimana KompasTekno rangkum dari The Next Web, selain mengirimkan gambar GIF yang tersimpan di penyimpanan internal iPhone, pengguna juga bisa langsung mengakses database Giphy untuk mencari gambar bergerak yang diinginkan.
Caranya, pilihlah Contact yang ingin dikirimkan gambar GIF. Kemudian klik tombol "+", pilih "Photo & Video Library". Setelah itu, lihat di bagian kiri bawah bertuliskan "GIF", klik tombol itu, dan pengguna akan langsung disajikan berbagai gambar GIF.
Sekadar catatan, Giphy merupakan salah satu situs terbesar berisikan berbagai gambar GIF.
Tidak hanya mencari, pengguna WhatsApp versi iOS juga bisa meng-edit GIF tersebut. Pengguna dapat menambah caption, sticker, bahkan menggambar sendiri untuk ditambahkan ke gambar. Selain itu, bisa juga ditentukan durasi dari Gif tersebut.
Versi terbaru dari WhatsApp ini juga mengizinkan pengguna untuk mengubah video dan Live Photo dengan durasi hingga 6 detik menjadi gambar GIF.
Untuk mengunduh WhatsApp untuk iOS versi 2.16.15, silahkan kunjungi App Store melalui tautan berikut ini.
–– ADVERTISEMENT ––
Penulis | : Deliusno |
Editor | : Reza Wahyudi |
Sumber | : The Next Web, |
Kamis, 03 November 2016
19.42
ElPeWe
No comments
Oik Yusuf - Kompas Tekno
Jumat, 4 November 2016 | 09:25 WIB

Jumat, 4 November 2016 | 09:25 WIB
KOMPAS.com - Indocomtech 2016 resmi dibuka pada Rabu (2/11/2016). Seperti biasa, pameran gadget dan teknologi tahunan yang sekarang mengusung tajuk baru “BRI Indocomtech” ini dilangsungkan di Jakarta Convention Center, Senayan.
Sebanyak 300 perserta menempati area eksebisi seluas 17.000 meter persegi di Hall A, Prefunction Hall A, Hall B, Prefunction Hall B, area Cenderawasih, dan Main Lobby JCC.
Para peserta berasal dari berbagai bidang, termasuk telekomunikasi, komputer, software, games, smartphone, serta produk elektronik dan aksesori.
Selain eksibitor dalam negeri, seperti tahun sebelumnya, BRI Indocomtech 2016 turut menghadirkan area paviliun khusus untuk produsen TIK dari China, Taiwan, dan Hongkong yang berisi lebih dari 100 peserta.
Berbekal kamera Samsung Gear 360, KompasTekno sempat berkeliling dan menjelajahi arena pameran untuk merekam apa saja yang ada di sana, dalam video 360 derajat.
Tayangan selengkapnya bisa dilihat di bawah. Gerakkan mouse atau pointerdalam jendela video untuk melihat pemandangan dari berbagai arah. Bisa juga ditonton dengan headset VR seperti Google Cardboard.
BRI Indocomtech 2016 akan berlangsung hingga Minggu, 6 November mendatang. Harga tiket masuknya Rp 15.000 untuk hari kerja dan Rp 20.000 untuk akhir pekan.
Penulis | : Oik Yusuf |
Editor | : Deliusno |
18.03
ElPeWe
No comments
Sumber www.kompas.com
Kamis, 3 November 2016 | 20:08 WIB

M LATIEF/KOMPAS.com
M LATIEF/KOMPAS.com
Kamis, 3 November 2016 | 20:08 WIB
KOMPAS.com
– Sebelum melanjutkan studi ke Belanda, sebaiknya calon mahasiswa mengetahui dulu serba-serbi perkuliahan dan kehidupan di sana. Pengetahuan ini sangat diperlukan untuk beradaptasi dengan sistem dan standar pendidikan serta kultur setempat. Yakin sudah siap tempur?
Dari sisi akademik, misalnya, bahasa pengantar di kelas menggunakan bahasa Inggris. Jadi, pelajar Indonesia yang mau melanjutkan kuliah ke Belanda sudah pasti harus mempertajam kemampuan bahasa ini agar tak tertinggal di kelas.
"Saat pertama kali belajar akuntasi dalam bahasa Inggris di kelas, saya tak mengerti sama sekali," ungkap Nadia Rachma Pratiwi yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan sarjana di Saxion University of Applied Sciences kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2016).
Keadaan semakin tidak menguntungkan, lanjut Nadia, karena saat itu tak ada mahasiswa lain di kelasnya yang sama-sama asal Indonesia.
"Kalau saya bertanya dalam bahasa Inggris (kepada teman sekelas), ya sama saja saya tidak mengerti," ucap perempuan asal Yogyakarta ini.
Selain soal bahasa, tantangan juga datang dari perbedaan metode pengajaran. Mahasiswa di Belanda harus mampu mengungkapkan pendapat secara terbuka dalam kelas. Hal ini diamini oleh Recruitment Manager Holland International Study Center, Janine Reeves.
"Perkuliahan di Belanda lebih interaktif, berbeda dengan sistem yang biasa ditemui mahasiswa (Indonesia). Diskusi dan partisipasi aktif mahasiswa di kelas merupakan hal biasa di Belanda," ucap Reeves saat dihubungi Kompas.com via e-mail, Selasa (1/11/2016).
Mahasiswa di Eropa dituntut mampu belajar secara mandiri.
Tantangan semakin meningkat jika mahasiswa mengambil jurusan yang berbeda dengan latar belakang pendidikan sebelumnya. Misalnya, mahasiswa jurusan ilmu sosial yang dulu mengambil jurusan ilmu pengetahuan alam di sekolah menengah atas.
Pengalaman di atas pernah dialami alumnus Stenden University of Applied Sciences, Belanda, Nick Silvester Turang.
"Saya harus belajar hal-hal baru mengenai ilmu sosial dalam situasi dan kondisi yang masih belum terlalu familiar saat itu," kata Nick, lewat wawancara tertulis, Selasa (28/10/2016).
Siap-siap
Cerita Nick dan Nadia tersebut memberi pelajaran, persiapan matang perlu dijalani sebelum kuliah di Belanda. Lagi pula, ada caranya supaya kejadian sama tak terulang pada calon mahasiswa yang ingin mengikuti jejak langkah mereka bersekolah di sana.
Salah satu cara itu adalah mengikuti program persiapan yang disebut foundation year di Belanda. Selama 9 bulan masa akademik, calon mahasiswa dibekali ilmu agar tak gagap saat mulai berkuliah di perguruan tinggi.
"Program ini membantu pelajar yang tertarik mengambil studi di Research University atau University of Applied Science untuk mempersiapkan diri," ujar Reeves.
Dalam program tersebut, para calon mahasiswa belajar mengungkapkan pendapat dan menulis laporan dalam bahasa Inggris.
Mereka juga diajarkan keterampilan lain yang diperlukan, lanjut Reeves, agar nantinya bisa lulus kuliah tepat waktu dengan nilai memuaskan.
Mahasiswa yang berkuliah ke luar negeri harus mampu menyesuikan diri dengan budaya dan adat negara setempat.
Dari segi non-akademik, pelajar diperkenalkan pula dengan kultur dan kehidupan Belanda. Terlebih lagi, kebutuhan sehari-hari seperti belanja ke supermarket wajib dilakoni sendirian. Otomatis, mahasiswa juga bakal banyak berinteraksi dengan warga setempat, yang bisa jadi memiliki cara komunikasi dan pola pikir berbeda.
"Secara umum, orang-orang Belanda sangat direct dan juga to-the-pointsaat mengutarakan opini. Ini menjadi sesuatu hal yang cukup mengagetkan saat pertama kali saya datang ke sini," kata Nick.
Tentu, banyak hal baru akan ditemui pelajar dalam negeri saat tiba di Belanda. Tantangannya bisa saja tak sama persis dengan pengalaman Nadia atau Nick.
Meski demikian, pelajar tetap perlu siap dengan tantangan model apa pun. Kuncinya ada pada penggalian informasi sebanyak-banyaknya, baik dari alumnus, perwakilan perguruan tinggi, maupun sumber dan kesempatan lain.
Untuk keperluan itu, para pelajar dan peminat kuliah di Belanda dapat mencoba mengunjungi pameran pendidikan. Tahun ini, contohnya, Nuffic Neso Indonesia akan membuka Dutch Placement Day di Jakarta pada Jumat, 4 November 2016.
Di sana pelajar tak perlu ragu bertanya. Persiapan matang mampu membantu pelajar Indonesia mengejar standar pendidikan dengan cepat. Seperti kata pepatah, di mana ada kemauan, pasti ada jalan…
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Penulis | : Adhis Anggiany Putri S |
Editor | : Palupi Annisa Auliani |
Rabu, 02 November 2016
21.10
ElPeWe
No comments
Fatimah Kartini Bohang - Kompas Tekno
Kamis, 3 November 2016 | 10:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Vivo meluncurkan smartphone Android Y55 di pasar Indonesia pada hari ini, Kamis (3/11/2016) di Heritage, Hotel Kempinski, Jakarta. Seri Y teranyar Vivo itu sudah lebih dulu diluncurkan di beberapa negara seperti China, Filipina, dan India pada Oktober lalu.
Prosesor Qualcomm Snapdragon 430 yang digunakan pada Y55 ini memiliki delapan inti (octa-core), dengan arsitektur 64-bit dan kecepatan clock 1,4 GHz. Spesifikasi itu dikombinasikan dengan RAM 2 GB.
Y55 memiliki kapasitas memori internal sebesar 16 GB dan mendukung penggunaan kartu memori microSD hingga 128 GB. Sistem operasi khas Vivo yaitu Funtouch OS 2.6 yang berbasis Android 6.0 Marshmallow juga dipatrikan pada lini Y55.
Ponsel berukuran layar 5,2 inci ini memiliki resolusi 1280×720 piksel. Kameranyanya menggunakan sensor resolusi 8 megapiksel (belakang) dan 5 megapiksel (depan).
Beberapa fitur lain yang terbenam pada ponsel kelas menengah ini mencakup Smart Slip 2.0, Smart Screen Flash, dan Eye Protection Mode. Baterainya dirasa cukup dengan kapasitas 2.650 mAh.
Untuk semua spesifikasi itu, ponsel 4G LTE ini dibanderol dengan harga Rp 2.499.000. Ponsel ini sudah bisa didapat di gerai-gerai Erafone yang tersebar di 11 kota di seluruh Indonesia.
Hal ini sekaligus menandai kerja sama Vivo dengan distributor kawakan Tanah Air tersebut. Menurut CEO Vivo, James Wei, kemitraan dengan Erafone akan menjadi win-win solution bagi kedua perusahaan.
"Erafone adalah distributor yang mapan dan kerja sama dengan kami bisa membawa keuntungan bersama, tak cuma dari segi bisnis tapi juga saling belajar budaya masing-masing," kata dia.
Berikut spesifikasi singkat Vivo Y55:
CPU: Qualcomm Snapdragon 430 Octa-Core 64-bit 1,4 GHz
Memori: 2 GB RAM + 16 GB ROM, memori eksternal hingga 128 GB
GSM: Dual SIM 4G
Layar: 5,2 inci (teknologi IPS), resolusi 1280x720
Kamera: Depan 5 MP / Belakang 8 MP
Dimensi: 147,9 × 72,9 × 7,5 mm
Baterai: 2.650 mAh
Format Audio: AAC/AAC+/AMR/MIDI/OGG/FLAC/WMA/WAV/APE/MP3
Konektivitas: 2,4 G WiFi/WAPI, Bluetooth 4.2, USB 2.0, GPS, OTG
Sensor: Sensor gravitasi, sensor sensifitas cahaya, sensor jarak, Radio FM
Penulis | : Fatimah Kartini Bohang |
Editor | : Reska K. Nistanto |
18.43
ElPeWe
No comments
sumber www.kompas.com
Selasa, 1 November 2016 | 19:25 WIB
KOMPAS.com
— Sulit untuk menggambarkan keunikan ular cabe merah (Calliophis bivirgata). Ular yang tersebar luas di Indonesia ini cantik, mematikan, tetapi juga sekaligus menginspirasi penyembuhan rasa sakit.
Bisa ular tersebut akan memicu kejang luar biasa dan paralisis. Jika digigitnya, manusia akan mengalami kematian yang mengerikan.
Namun, bila senyawa dalam bisa ular tersebut dipelajari, niscaya obat penyembuh rasa sakit yang lebih ampuh dari morfin akan didapatkan.
Bryan Fry, peneliti dari University of Queensland, mengungkapkan, ular dengan garis biru serta kepala dan ekor merah itu adalah "pembunuh para pembunuh".
"Ular ini punya spesialisasi membunuh ular berbisa lainnya, termasuk king cobra," ujarnya seperti dikutip Science Alert, Senin (31/10/2016).
"Ular itu juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di dunia. Ukurannya mencapai seperempat panjang tubuhnya," imbuh Fry.
Baru-baru ini, Fry meneliti kandungan pada bisa ular cabe merah. Ia menemukan senyawa yang mampu memengaruhi kerja saraf, disebut calliotoxin.
Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan. Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.
Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.
Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik. Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.
"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post, kemarin.
Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang. Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia.
Jangan membayangkan pada masa depan ilmuwan akan "memerah" bisa dari ular cabe merah.
Bukan itu yang ada dalam bayangan Fry dan rekan. Fry mengatakan, yang akan dikembangkan adalah senyawa sintetis dari calliotoxin.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Toxin minggu ini memberi gambaran bahwa betapa pun mematikan suatu makhluk, tetap saja ada manfaatnya.
"Jika saja kita merusak keanekaragaman hayati itu, akan sulit untuk mendapatkan manfaat ekonominya." kata Fry.
Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
17.37
ElPeWe
No comments
Deliusno - Kompas Tekno
Kamis, 3 November 2016 | 06:23 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Acer merilis laptop gaming "monster" Predator 21X di ajang IFA, Berlin, Jerman, beberapa waktu lalu. Kini, perusahaan asal Taiwan itu sedang mempersiapkan diri untuk memboyong produk tersebut ke Indonesia.
Pihak Acer membeberkan, laptop bertubuh bongsor itu setidaknya sudah akan dijual pada paruh pertama tahun 2017 mendatang.
"Di tengah tahun pertama 2017, laptop Predator 21X dan beberapa seri gaming Acer Predator lainnya akan dijual di Indonesia," kata Dimas Setyo, Presales Manager Product Department Acer Indonesia, saat memamerkan produk tersebut ke sejumlah wartawan di Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Laptop Predator 21X ini punya arti spesial bagi Acer. Pasalnya, ia merupakan laptop gaming pertama di dunia yang dibekali dengan layar lengkung.
Layarnya sendiri berjeniskan IPS ultrawide. Layar tersebut memiliki resolusi 2.560 x 1.080 piksel dan dilengkapi teknologi dynamic refresh rate Nvidia G-Sync.
Menariknya lagi, di bagian bawah layar, Predator 21X dibekali dengan sensoreye tracking bikinan Tobii. Teknologi tersebut memungkinkan suatu perintah dalam game yang bisa dikontrol dengan gerakan mata.
Spesifikasi "monster"
Acer Predator 21X
Predator 21X sendiri bisa dikatakan sebagai laptop "monster". Alasannya, produk ini dilengkapi dengan berbagai spesifikasi kelas atas.
Sebagai "otak" pemrosesan, Predator 21X dipersenjatai prosesor Intel Core i7 generasi ke-7 (Kaby Lake) versi unlocked. Menggunakan versi ini, pengguna bisa membuat prosesor menjadi lebih kencang menggunakan teknik overclocking.
Dari segi grafis, Predator 21X dilengkapi dua kartu grafis sekaligus. Untuk urusan ini, Acer menyerahkannya kepada kartu grafis bikinan Nvidia, GeForce GTX1080 8 GB GDDR5X.
Selain itu, produk ini dibekali dengan RAM 16 GB dan media penyimpanan berbasis SSD, serta HDD.
"RAM bisa ditingkatkan hingga 64 GB. Penyimpanan bisa pakai SSD hingga 4 TB, ditambah satu HDD lagi," lanjut Dimas.
Konfigurasi itu membuat tubuh Predator 21X begitu bongsor. Bobotnya saja mencapai 8 kg.
Tentu saja, dengan spesifikasi yang diusungnya, membuat perangkat bisa cepat panas. Oleh karena itu, Acer melengkapi produk ini dengan lima kipas dan delapan pipa penyerap panas. Tiga dari lima kipas tersebut adalah jenis metal aeroblade.
"Kami pernah 'menyiksa' perangkat ini memainkan game berat. Suhu perangkat hanya 37 derajat, berkat adanya lima kipas itu," tutur Dimas.
Sayangnya, Acer belum mau membeberkan tanggal pasti dari perangkat tersebut. Harganya pun masih belum diungkap.
Langganan:
Postingan (Atom)